DINDA YANG BAIK DAN TIDAK SOMBONG
Namaku Dinda, aku anak tunggal
sekarang kelas IV (empat) berada di kota Bogor, Bandung (Jawa Barat). Ibu Cica
adalah guru kelas kami, aku mempunyai teman dekat namanya Luna. Aku mempunyai
seorang teman bernama Ratu yang berasal dari keluarga kaya, namun sayangnya dia
mempunyai sifat yang sangat sombong. Papaku bekerja sebagai Pegawai Negeri
Sipil di Kantor Pengadilan Agama kota Bogor, sedangkan mama berwiraswasta
membuat aneka kerajinan tangan berupa tas. Kami adalah keluarga yang sederhana,
aku selalu diajarkan oleh kedua orangtuaku untuk menghargai dan menghormati
semua orang tampa melihat status sosial orang di sekitar.
Rabu pagi semua murid berkumpul di
halaman sekolah, tetapi dibarisan paling belakang terdengar kegaduhan.
“ kenapa sih barisan di belakang
tu?” ujar teman-teman yang berbaris di depan.
Terdengar suara Ratu dan Luna yang
berdebat, karena Ratu menghina jam
tangan yang dipakai oleh Luna. Saat itu Dinda berada dibarisan paling depan
sehingga ia tidak bisa melerai.
“ aduh gimana ini,, aku di depan
lagi?” pikir Dinda dalam hati.
Kegaduhan tersebut mengakibatkan
murid yang lainnya menjadi tidak bisa mendengarkan pengumuman yang disampaikan
oleh kepala sekolah sehingga suasana menjadi ramai. Kepala sekolah segera
menegur Ratu dan Luna yang sedang bertengkar supaya bisa memperhatikan
pengarahan yang sedang disampaikan. Setelah selesai mendengarkan pengumuman
semua siswa masuk kelas masing-masing, kecuali kelas IV (empat) akibat
perbuatan Luna dan Ratu.
Ibu Cica segera memanggil Ratu dan
Luna ke kantor guru untuk menanyakan perbuatan yang mereka lakukan saat
mendengarkan pengumuman.
“Luna dan ratu ikut ibu sebentar!”
ucap bu cic.
“Apa yang membuat kalian bertengkar sehingga
membuat keributan pada saat berbaris tadi?” Tanya ibu Cica.
Luna langsung menjawab, “Ratu
menghina jam tangan saya bu. Ratu bilang am tangan saya tidak laya dipakai,
karena bukan jam tangan mahal dan bermerek terkenal, tidak seperti jam tangan
punya Ratu yang dibeli di luar negeri”.
Kemudian Ratu juga tidak mau disalahkan,
dengan nada sombong dia menjawab “benarkan Luna jam kamu memang
murahan?...kaliankan miskin tidak mungkin mampu membeli jam baru seperti aku”.
Suasanapun semain ribut karena
tidak ada yang mau mengalah, sehingga ibu Cica menghentikan perdebatan mereka
dengan memberikan hukuman membersihakan sampah-sampah di sekitar sekolah.
Sementara mereka dihukum ibu Cica
memanggil beberapa orang siswa kelas IV (empat) termasuk sahabat Luna Yaitu
Dinda, untuk menanyakan sikap Ratu terhadap teman-temannya yang lain.
“Dinda, coba kamu keruangan ibu
sebentar! Ada yang mau ibu tanyakan.” Ucap bu cica.
“baik bu......” jawab Dinda sopan.
“sekarang ibu mau bertanya
sebenarnya apa yang terjadi antara Luna dan Ratu tadi saat baris?” tanya bu
cica.
Kemudian Dinda mulai menceritakan
siap Ratu yang suka menghina teman-temannya sehingga ia dijauhi oleh anak-anak
yang sering dihina oleh Ratu, tetapi ada beberapa orang teman yang justru
mendekati Ratu karena membelikan makanan dan minuman untuk mereka.
Teman yang ikut dipanggil bersama
Dinda pun membenarkan yang diceritakan tadi, ibu Cica mempersilahkan teman-teman
Dinda untuk keluar dan masuk ke kelas bersama siswa lainnya. Sementara itu
Dinda masih tetap berada di kantor menunggu Ratu dan Luna menyelesaikan
hukumannya. Tidak lama kemudian Ratu dan Luna masuk lagi ke ruangan ibu Cica
untuk menyelesaikan maslah mereka, walaupun sepertinya tida suka melihat Luna.
Beberapa saat Ratu, Luna, Dinda,
dan ibu Cica berdiam diri supaya keduannya bisa lebih tenang.
Ibu Cica membuka pembicaraan,
“Bagaimana, Ratu dan Luna apakah kalian berdua masih ingin bertengkar?”
Tidak ada yang menjawab. Untuk
mencairkan suasana pelan-pelan Dinda merangkul bahu kedua temannya itu, sambil
berkata,
“Luna kamu maukan berteman dengan
Ratu? “
Luna memandang Dinda sahabat yang begitu baik
walaupun diajuga sering diolok-olok oleh Ratu, tetapi Dinda tida pernah
memusuhi Ratu.
Kemudian Dinda bertanya kepada
Ratu, “Kamu mau menjadi temanku dan juga Luna?” . Ratu dan Luna tida ada yang
mampu menjawab pertanyaan Dinda, mereka hanya bisa tertunduk malu dan menangis
menyesali perbuatan yang sudah mereka lakukan sehingga teman sekelasnnya ikut
dihukum berdiri di halaman sekolah. Sesaat kemudian Ratu memberanikan diri
meminta maaf kepada Luna karena tidak menghargai barang milik luna, sambil
menangis.
Luna pun bersedia memaafkan Ratu dan mau manjadi
temannya. Dinda pun senang melihat Ratu dan Luna saling memaafkan. Ibu Cica
memberikan nasehat supaya Ratu bisa berbuat baik dan lebih menghargai teman-temannya yang ada
di sekolah. Setelah itu Ratu juga meminta maaf kepada Dinda atas sikapnya selama
ini dan berjanjji kepada ibu Cica tidak akan sombong lagi.
Setelah keadian itu Ratu berubah menjadi anak
yang baik dan bersahabat dengan Dinda dan Luna, mereka sering bermain dan
belajar bersama. Saat bermain bersama, Ratu berbicara kepada luna dan dinda.
“Lun, Din maafin aku ya selama ini
aku salah menilai kalian dan aku suka membuat kalian susah!” ujar Ratu.
“tak apa-apa kok Ratu, kami udah
maafin kamu dari dulu, asalkan jangan kamu ulangi lagi ya`” jawab Dinda.
“iya Din aku janji gak akan ulangi
lagi perbuatan buruk ku.” Jawab Ratu.
Mereka kahirnya saling berpelukan
dengan penuh rasa bahagia. Orang tua ketiga anak itu yang melihat sikap mereka
merasa bangga dan senang karena anaknya bisa akur dan bermain bersama. Dari
kejadian itu, ketiga sahabat itu dapat mengambil pelajaran bahwa kesabaran akan
mengalahkan suatu kejahatan dalam bentuk apapun.
SEKIAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar