Selasa, 10 November 2015

Dinda



DINDA YANG BAIK DAN TIDAK SOMBONG

Namaku Dinda, aku anak tunggal sekarang kelas IV (empat) berada di kota Bogor, Bandung (Jawa Barat). Ibu Cica adalah guru kelas kami, aku mempunyai teman dekat namanya Luna. Aku mempunyai seorang teman bernama Ratu yang berasal dari keluarga kaya, namun sayangnya dia mempunyai sifat yang sangat sombong. Papaku bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kantor Pengadilan Agama kota Bogor, sedangkan mama berwiraswasta membuat aneka kerajinan tangan berupa tas. Kami adalah keluarga yang sederhana, aku selalu diajarkan oleh kedua orangtuaku untuk menghargai dan menghormati semua orang tampa melihat status sosial orang di sekitar.
Rabu pagi semua murid berkumpul di halaman sekolah, tetapi dibarisan paling belakang terdengar kegaduhan.
“ kenapa sih barisan di belakang tu?” ujar teman-teman yang berbaris di depan.
Terdengar suara Ratu dan Luna yang berdebat, karena Ratu  menghina jam tangan yang dipakai oleh Luna. Saat itu Dinda berada dibarisan paling depan sehingga ia tidak bisa melerai.
“ aduh gimana ini,, aku di depan lagi?” pikir Dinda dalam hati.
Kegaduhan tersebut mengakibatkan murid yang lainnya menjadi tidak bisa mendengarkan pengumuman yang disampaikan oleh kepala sekolah sehingga suasana menjadi ramai. Kepala sekolah segera menegur Ratu dan Luna yang sedang bertengkar supaya bisa memperhatikan pengarahan yang sedang disampaikan. Setelah selesai mendengarkan pengumuman semua siswa masuk kelas masing-masing, kecuali kelas IV (empat) akibat perbuatan Luna dan Ratu.
Ibu Cica segera memanggil Ratu dan Luna ke kantor guru untuk menanyakan perbuatan yang mereka lakukan saat mendengarkan pengumuman.
“Luna dan ratu ikut ibu sebentar!” ucap bu cic.
 “Apa yang membuat kalian bertengkar sehingga membuat keributan pada saat berbaris tadi?” Tanya ibu Cica.
Luna langsung menjawab, “Ratu menghina jam tangan saya bu. Ratu bilang am tangan saya tidak laya dipakai, karena bukan jam tangan mahal dan bermerek terkenal, tidak seperti jam tangan punya Ratu yang dibeli di luar negeri”.
 Kemudian Ratu juga tidak mau disalahkan, dengan nada sombong dia menjawab “benarkan Luna jam kamu memang murahan?...kaliankan miskin tidak mungkin mampu membeli jam baru seperti aku”.
Suasanapun semain ribut karena tidak ada yang mau mengalah, sehingga ibu Cica menghentikan perdebatan mereka dengan memberikan hukuman membersihakan sampah-sampah di sekitar sekolah.
Sementara mereka dihukum ibu Cica memanggil beberapa orang siswa kelas IV (empat) termasuk sahabat Luna Yaitu Dinda, untuk menanyakan sikap Ratu terhadap teman-temannya yang lain.
“Dinda, coba kamu keruangan ibu sebentar! Ada yang mau ibu tanyakan.” Ucap bu cica.
“baik bu......” jawab Dinda sopan.
“sekarang ibu mau bertanya sebenarnya apa yang terjadi antara Luna dan Ratu tadi saat baris?” tanya bu cica.
Kemudian Dinda mulai menceritakan siap Ratu yang suka menghina teman-temannya sehingga ia dijauhi oleh anak-anak yang sering dihina oleh Ratu, tetapi ada beberapa orang teman yang justru mendekati Ratu karena membelikan makanan dan minuman untuk mereka.
Teman yang ikut dipanggil bersama Dinda pun membenarkan yang diceritakan tadi, ibu Cica mempersilahkan teman-teman Dinda untuk keluar dan masuk ke kelas bersama siswa lainnya. Sementara itu Dinda masih tetap berada di kantor menunggu Ratu dan Luna menyelesaikan hukumannya. Tidak lama kemudian Ratu dan Luna masuk lagi ke ruangan ibu Cica untuk menyelesaikan maslah mereka, walaupun sepertinya tida suka melihat Luna.
Beberapa saat Ratu, Luna, Dinda, dan ibu Cica berdiam diri supaya keduannya bisa lebih tenang.
Ibu Cica membuka pembicaraan, “Bagaimana, Ratu dan Luna apakah kalian berdua masih ingin bertengkar?”
Tidak ada yang menjawab. Untuk mencairkan suasana pelan-pelan Dinda merangkul bahu kedua temannya itu, sambil berkata,
“Luna kamu maukan berteman dengan Ratu? “
 Luna memandang Dinda sahabat yang begitu baik walaupun diajuga sering diolok-olok oleh Ratu, tetapi Dinda tida pernah memusuhi Ratu.
Kemudian Dinda bertanya kepada Ratu, “Kamu mau menjadi temanku dan juga Luna?” . Ratu dan Luna tida ada yang mampu menjawab pertanyaan Dinda, mereka hanya bisa tertunduk malu dan menangis menyesali perbuatan yang sudah mereka lakukan sehingga teman sekelasnnya ikut dihukum berdiri di halaman sekolah. Sesaat kemudian Ratu memberanikan diri meminta maaf kepada Luna karena tidak menghargai barang milik luna, sambil menangis.
 Luna pun bersedia memaafkan Ratu dan mau manjadi temannya. Dinda pun senang melihat Ratu dan Luna saling memaafkan. Ibu Cica memberikan nasehat supaya Ratu bisa berbuat baik  dan lebih menghargai teman-temannya yang ada di sekolah. Setelah itu Ratu juga meminta maaf kepada Dinda atas sikapnya selama ini dan berjanjji kepada ibu Cica tidak akan sombong lagi.
 Setelah keadian itu Ratu berubah menjadi anak yang baik dan bersahabat dengan Dinda dan Luna, mereka sering bermain dan belajar bersama. Saat bermain bersama, Ratu berbicara kepada luna dan dinda.
“Lun, Din maafin aku ya selama ini aku salah menilai kalian dan aku suka membuat kalian susah!” ujar Ratu.
“tak apa-apa kok Ratu, kami udah maafin kamu dari dulu, asalkan jangan kamu ulangi lagi ya`” jawab Dinda.
“iya Din aku janji gak akan ulangi lagi perbuatan buruk ku.” Jawab Ratu.
Mereka kahirnya saling berpelukan dengan penuh rasa bahagia. Orang tua ketiga anak itu yang melihat sikap mereka merasa bangga dan senang karena anaknya bisa akur dan bermain bersama. Dari kejadian itu, ketiga sahabat itu dapat mengambil pelajaran bahwa kesabaran akan mengalahkan suatu kejahatan dalam bentuk apapun.


SEKIAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar