Selasa, 10 November 2015

obat Pintar



AKU INGIN PINTAR
By. Onejune_Tusem

Apakah hal ini mudah…?
Sebenarnya si mudah, tetapi kita sendiri seringkali membuat sulit. Yang sulit adalah kita tidak belajar atau belajar asal-asalan. Kita hanya ingin dan tidak mau berbuat. Kalau pintar hanya dalam keinginan jelas semua orang bisa, termasuk orang yang tak bersekolah pun bisa. Oleh karena itu kita harus bisa membuat sesuatu yang sebagian orang tidak bisa melakukannya. Untuk itu kita harus BELAJAR SECARA SUNGGUH supaya kita benar-benar pintar.
Cara belajar yang benar supaya bisa pintar adalah pertama: berdoa. Berdoa merupakan kekuatan batin yang amat mempengaruhi penyerapan materi pembelajaran. Dengan berdoa kita memintah kekuatan dari “Yang mahapintar” untuk dicurahkan kepada kita. Berdoa berarti pengakuan akan kelemahan kita untuk menyerap “materi belajar. Oleh karena itu kita meminta rahmat kepandaian dari Dia yang pintar dari semua yang pintar. Kedua, belajar. Belajar bukan sekedar membaca, tetapi belajar berarti membaca dengan serius, teliti dan berulang-ulang. Kita tidak bisa sekali membaca dan melangkah ke halaman dan bab berikut, akan tetapi diulangi dan diulangi, sampai kita menemukan apa maksud dari materi yang kita bacakan. Dalam membaca kita juga harus melibatkan pikiran kita untuk mengerti. Kita tidak bisa belajar hanya dengan mulut yang terus bergerak sementara pikiran melantur. Jika ini yang terjadi maka buku yang tebalnya ratusan halaman dapat dibaca hanya dalam waktu 20 menit, tetapi tidak menemukan apa pun sebagai nilai atau hasil dari bacaan itu. Belajar berarti memindahkan atau mentransfer materi belajar dari buku ke dalam pikiran kita. Karena begitu susahnya upaya transfer maka perlu dilakukan secara berulangulang.
Ketiga, mengerti maksud. Materi yang dibacakan dan dimengerti coba dianalisa atau menghubungkannya dengan kenyataan kehidupan harian, saya yakin di situlah kita memperoleh nilai lebih dan mengetahui untuk apa semua itu ditulis. Misalkan, kita belajar tentang sopan santun. Kita bisa mengingat hal apa saja yang saya buat di rumah. Apakah itu berarti saya sudah berlaku sopan terhadap orang tua dan orang yang lebih tua? Jadi kita bisa mengetahui bahwa hal tentang sopan santun, bukan saja untuk dibaca tetapi harus kita praktekan demi kebaikan kita. Dan jika belum, maka itu menjadi titik tolak bagi saya untuk berubah. Keempat, berusaha menerapkan apa yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Kita belajar untuk hidup dan hidup untuk belajar. Artinya tidak ada gunanya kita belajar, jika semua itu tidak kita buktikan dalam hidup. Kita harus buktikan hasil belajar kita dalam hidup bermasyarakat dan melalui apa yang kita buktikan itu, juga menjadi materi belajar lagi. Agar kita bisa buktikan hal itu lebih baik lagi. Singkatnya kita belajar untuk banyak orang, bukan untuk diri kita sendiri. Kelima, berdoa. Kita menyampaikan terima kasih atas waktu, sambil memohon rahmat agar kita bisa memiliki daya ingatan yang kuat, sehingga apa yang kita pelajari menjadi modal berharga untuk mengarungi hidup, bisa diwujud nyatakan.
Sebenarnya hanya satu hal yang perlu kita lakukan untuk mencapai keberhasilan dalam banyak segi kehidupan yaitu “melakukan secara sungguh-sungguh”. Jika kita belajar, belajarlah secara sungguh, tinggalkan hal lain yang menggangu. Jika kita mendengarkan pelajaran dari guru, lakukanlah itu secara sungguh,  tinggalkan aktivitas sibuk sendiri, bermalas-malasan. Jika hendak bermain, bermainlah secara sungguh. Jika hendak makan, makanlah secara sungguh. Segala sesuatu yang dilakukan secara serius, akan mendapat hasil yang baik.
Terkadang kita merasa amat membosankan, pusing bahkan apa yang kita pelajari sama sekali tidak  dipahami. Apapun yang terjadi, itu merupakan tahap pencarian situasi belajar yang nyaman. Jika situasi tertentu itu tidak nyaman bagi kita, tentu sudah ada bayangan dalam pikiran kita bagaimana seharusnya, situasi macam mana yang harus saya ciptakan agar bisa belajar dengan tenang dan buatlah itu. Perlu disadari bahwa keberhasilan dari sebuah usaha tidak terjadi hanya sekali usaha, akan tetapi dilakukan secara rutin dan tak kenal lelah.   

Apakah kamu sudah pintar?  Coba buktikan…………….!
Jangan hanya ingin pintar….. Tapi tidak mau belajar……!
Malu dong, sama teman-temanmu…………..

coretan ringan



MANUSIA DAN KEHIDUPANNYA
by Pagibey


Kehadiran seorang manusia di muka bumi ini pada dasarnya tidak dikehendaki oleh dirinya sendiri. Ia selalu hadir karena dikehendaki oleh pihak di luar dirinya. Orang yang secara langsung menghendaki kehadiran seorang individu baru adalah orang tua. Mereka memadukan cinta kasih sebagai pasangan suami-isteri yang berujung pada kehadiran seorang individu baru.
Secara lebih mendalam banyak orang melihat hal ini sebagai rahmat dari Sang Pemberi Hidup itu sendiri yaitu Tuhan. Oleh sebab itu kehadiran individu baru dilihat sebagai hasil dari perpaduan cinta antara ayah dan ibu sebagai co-creatio atau pencipta kedua yang melanjutkan karya penciptaan Sang Pemberi Hidup. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lahirnya seorang anak manusia ke salah satu sudut muka bumi ini merupakan kelanjutan cinta dari Sang Pemberi Hidup. Pemberian berharga itu berikut tanggung jawab mendidik dan membesarkan mereka menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri dalam kehidupan keluarga.
Kehadiran seorang manusia selalu memberi arti tertentu pada kehidupan bagi banyak orang. Eksistensi manusia selalu menunjukkan kehadirannya yang    aktif. Artinya manusia selalu life for (ada untuk) dan life to be (ada menjadi). Dalam alur berpikir demikian menunjukkan hakekat manusia sebagai individu yang selalu ada untuk kebaikan bersama, berjuang sesuatu untuk kepentingan bersama, dan menciptakan keharmonisan dalam kebersamaan hidup. Kehadiran manusia juga selalu mengandung arti ada untuk berbuat sesuatu yang berguna bagi kebaikan bersama, menjadikan sesuatu lebih ada dan membuat dirinya lebih berarti bagi kebanyakan orang. Pendek kata, dalam diri manusia melekat dua peran secara bersamaan yaitu life for dan life to be. Masing-masing peran tersebut tidak bisa saling meniadakan.
Manusia juga ada menjadi-kan hidup ini lebih berguna. Ini menunjukkan pada kemampuan manusia untuk menciptakan segala sesuatu, berhubungan dengan kreatifitasnya sebagai makluk yang mempunyai imajinasi tinggi (higth imagination person). Dengan kata lain kehadiran manusia selalu terarah pada upaya pembangunan dan pembaharuan dunia. Manusia hadir dengan bekal segala kemampuan yang dimilikinya






dan mengharuskan dia untuk berbuat sesuatu. Sesuatu itu diartikan secara luas sebagai segala upaya kreatif-positif yang bermuara pada kebaikan bersama.
Kehadiran seorang manusia sebenarnya sudah menunjukkan ada aktifnya sebagai pribadi yang selalu memberi arti pada setiap momen kehidupannya. Hal ini berarti di manapun manusia berada, kehadirannya selalu membawa nilai tersendiri bagi lingkungan tertentu, tempat ia berada. Ini menunjukkan bahwa kehadiran manusia semakin berarti manakala ia mampu mengaktualisasikan kemampuan dirinya dalam praksis hidup. Pada tingkat pemahaman demikian dapat diformulasikan bahwa makna kehadiran manusia akan tampak-nyata ketika ia mampu mengimplementasikan jati dirinya sebagai seorang manusia dalam praksis hidupnya. Sebab substansi ke-diri-an manusia terletak pada apa yang ia perbuat bagi kebanyakan orang.
Arti kehadiran manusia sesungguhnya adalah ia ada untuk manusia kebanyakan, bukan manusia dirinya. Sejauh mana manusia berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat luas, sejauh itu pula kualitas atau makna kehiduannya. 

Arti Kesabaran



ARTI KESABARAN BAGI DINA

Dina adalah anak yang pandai, jujur, sabar, dan baik hati. Di sekolah ia menjadi idola bagi temannya. Orangtua Dina juga perhatian dan sayang padannya. Ratu adalah anak yang pintar tetapi ia juga anak yang sombong. Ia juga menadi idola di sekolah karena orangtuannya adalah orang kaya. Bu Yanti adalah wali kelas Dina dan Ratu. Bu Yanti sangat bijaksana, baik hati, sabar, dan perhatian pada siswannya. Fina adalah temannya Dina di sekolah, Fina anak yang baik, pintar, sabar, jujur, dan perhatian pada teman-temannya.
Dina dan Fina bersepeda pergi ke sekolah, tiba-tiba Ratu yang mengendarai mobil mewah melihat Dina dan Fina.
 “ih kasian ya kalian pergi memakai sepeda kumuh” ejek Ratu.
 “Ratu pagi-pagi sudah membuat kesal” kata Dina,
“jangan begitu Fin dia kan teman kita juga” Kata Dina. Sesampainya di sekolah Ratu langsung mengejek Dina dan Ratu.
 “teman-teman! lihat mereka ke sekolah memaai sepeda kotor dan bau” kata Ratu “Jorok pasti mereka juga bau” kata temannya Ratu.
Pelajaran dimulai bu Yanti sudah masuk ke kelas.
 “Selamat pagi anak-anak!” kata bu Yanti, “Pagi bu!!!” jawab anak-anak.
 “Nah anak-anak menurut kalian apakah kesabaran itu penting?” tanya bu Yanti. “Penting bu!” jawab semuannya.
“Bagus kesabaran memang sangat penting jadi kita harus menerapkannya dalam hati kita” kata bu Yanti.
 “Baik bu” jawab semuanya.
“Wah tadi pelajaran sangat menyenangkan ya...” kata Dina.
“Kamu sangat gembira sekali belajar kesabaran? tanya Fina.
 “Iya kesabaran itukan penting jadi aku sangat menyukainnya” kata Dina. Setelah itu mereka berdua langsung pergi ke kantin.
Ratu melihat Dina dan Fina sedang memesan makanan.
“Teman-teman aku permisi dulu ya” kata Ratu, sambil membawa segelas air ia menghampiri Dina dan Fin
a “hai Din, Fin” kata Ratu.
“Maaf ya” kata Ratu dia siam menyiramkan air ke arah Dina
 “maaf untuk apa?” kata Dina tiba-tiba “untuk ini!! Ratu menyiram air ke arah Dina.
 “Ya ampun Din kamu tidak apa-apa?” kata Fina, ia, Ia terlihat cemas,
 “au tidak apa-apa “ kata Dina.
“Ratu kenapa kamu selalu mengganggu kami huh?” kata Fina,
 Ia terlihat marah “sudahlah Fin kamu kamu harus sabar suatu saat dia pasti berubah” kata Dina sambil menangis.
 “Dengar ya Din aku tidak akan berubah” kata Ratu sambil berjalan pergi. “Ayo kita ke toilet untuk mengeringkan rokmu” ajak Fina. “Iya” Kata Dina.
“Dina!!” panggil seorang anak,
 “iya ada apa?” tanya Dina dengan wajah bingung. “Kamu dipanggil bu Yanti ke kelas” kata anak itu.
“Oh. Oke aku kesana, ayo Fin”. Saat hendak masuk kelas Dina dan Fina mengetuk pintu, ibu Yanti menoleh ke arah mereka
“oh Dina, Fina masuk” kata bu Yanti.
Semua siswa itu sangat tegang, tetapi saat Dina melihat Ratu, Ratu terlihat menatap Dina dengan tajam.
 “Maaf bu Yanti ada apa ya ibu memanggil saya?” tanya Dina.
“Baik begini Din, apakah kamu mencuri uang Ratu saat kelas kosong?” tanya bu Yanti. Dina tampak kaget mendengar ucapan bu Yanti
 “tidak bu, tadi saya dan Fina berada di kantin”.
 Ratu menyambung “bohong bu! Pasti dia yang mencurinya bu” kata Ratu.
 “Tidak Ratu aku tidak pernah berbuat begitu” kata Dina sambil menangis,
“baiklah kalau tidak ada yang mengaku sekarang ibu tanya siapa yang melihat Dina mencuri uang Ratu?” tanya bu Yanti,
semua menggeleng dan menjawab “tidak ada bu”.
“ Ya sudah karena sudah jam pulang, mari kita beremas’ kata bu Yanti,
“Bu terus ini bagaimana?” tanya Ratu dengan suara yang kasar,
 “besok kita lanjutkan” kata bu Yanti dengan bijaksana.
“Din ayo kita pulang” ajak Fina.
“Iya Fin” kata Dina, Ia masih terlihat sedih karena masalah tadi. “kamu jangan sedih lagi Din” kata Fina.
Sesampainya di rumah “Ibu ayah aku pulang” kata Dina dengan wajah sedih.
“oh Dina, ada apa Din...kok sedih gitu?” tanya Ibu.
“tidak bu” jawab Dina.
“kalau tidak ada apa-apa kenapa mukanya sedih benar, ayo cerita sayang ada apa?” sambil memeluk Dina.
“Dina dituduh mencuri bu” kata Dina,
Ibu kelihatan kaget “Kenapa bisa begitu? Apa kamu yang melakukannya?” tanya ibu. “Tidak bu”, “ya sudah kalau memang bukan kamu yang mencuri jangan cemas gitu” Ibu mengelus rambut Dina sambil tersenyum.
“Iya bu” kata Dina.
 “Ya sudah ganti baju dulu sana” kata ibu.
“Iya bu” Dina bergegas ke kamar.
Dina menghabiskan waktunya untuk belajar. “Kenapa ya Ratu bisa menuduh aku seperti itu” Dina bicara sendiri, Ia menoleh ke arah jam “sudahlah sambil menarik napas dalam-dalam “sekarang sudah sore aku lebih baik mandi dulu”. Beberapa menit kemudian Dina beranjak mandi. “Dina, ayo makan malam dulu” terdengar suara ibu di bawah
 “iya bu” jawab Dina. Ia langsung turun menuju meja makan dan duduk di samping ibu. Ayah membuka percakapan
 “bagaiman sekolahnya Din?” tanya ayah.
”Baik kok yah” jawab Dina.
 “Dina sudah belajar?” tanya ayah
 “sudah yah”, “ya sudah ayo makan” kata ayah.Di kamar Dina menegemaskan semua peralatan sekolah untuk besok paginya. Sambil berbaring Ia membayangkan apa yang akan terjadi besok, tak lama kemudian Ia terlelap.
Kring...kring...kring..
Suara alarm berdering, Ia pun bergegas bangun dari tempat tidur menuju kamar mandi, byurrr! byurrrr! byurrrr! suara air di kmar mandi.
 “Dina ayo cepat mandinya Fina sudah nungguin kamu” kata ibu.
 “Iya bu” jawab Dina, Ia segera turun,
“bu Dina pergi dulu ya”. “iya kalian hati-hati di jalan”, “iya bu. bye”, “bye” jawab ibu, Dina Fina kemudian pergi.
Sesampainya di sekolah “Dina kamu dipanggil ke kelas” seru seorang anak.
Dina menatap Fina dengan pandangan cemas “iya” jawab Dina.
“Permisi bu” kata Dina,
 “iya Dina ayo masuk” kata bu Yanti.
Suasana di kelas kembali tegang, “bu ayo cepat periksa Dina bu” kata Ratu yang sejak tadi sudah tidak sabar.
“Baiklah Ratu, sehari berapa uang saku yang dapat dari orangtuamu?” tanya bu Yanti.
“10 ribu bu” jawab Ratu.
“Bagaimana dengan kamu Dina?” tanya bu Yanti,
 “saya membawa bekal bu” jawab Dina,
 “Dina tolong berikan tas kamu” bu Yanti memeriksa tas Dina.
Setelah diperisa ibu Yanti melanjutkan kembali “Ibu tidak menemukan uang milik Ratu di tasnya Dina”.
 “Tu kan benar pasti Ratu hanya berbohong” kata Fina membela Dina.
 “Ratu ibu ingin melihat tas kamu, sini tasnya” “ini tasnya bu” kata Ratu.
“Ratu hari ini kkamu membawa berapa uang sakumu?” tanya bu Yanti,
“hanya 10 ribu bu” jawab Ratu.
 “Mengapa ada 20 ribu dalam tasmu?, jujur Ratu” suara bu Yanti meninggi.
“Iya bu saya berbohong” dengan wajah gugup Ratu mengakui kalau Ia berbohong “saya hanya ingin menuduh Dina bu”,
“kamu harus meminta maaf dengan Dina dan jangan mengulanginya lagi” pesan bu Yanti. “Iya bu, saya minta maaf” kata Ratu.
“Dina aku minta maaf ya sudah menuduh kamu mencuri uangku”.
“Iya aku sudah memaafkan kamu Ratu” kata Dina.
“Aku akan berubah menjadi anak yang jujur dan sabar” ata Ratu. Dina, Ratu, dan Fina pun berpelukan. Dina tersenyum bahagia, Ia mengerti arti kesabaran itu sangat indah.
Ratu akhirnya berubah menjadi anak yang baik dan tidak mengulangi perbuatan buruknya lagi. Dina dan Ratupun menjadi teman akrab sampai saat ini.

SEKIAN

Dinda



DINDA YANG BAIK DAN TIDAK SOMBONG

Namaku Dinda, aku anak tunggal sekarang kelas IV (empat) berada di kota Bogor, Bandung (Jawa Barat). Ibu Cica adalah guru kelas kami, aku mempunyai teman dekat namanya Luna. Aku mempunyai seorang teman bernama Ratu yang berasal dari keluarga kaya, namun sayangnya dia mempunyai sifat yang sangat sombong. Papaku bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kantor Pengadilan Agama kota Bogor, sedangkan mama berwiraswasta membuat aneka kerajinan tangan berupa tas. Kami adalah keluarga yang sederhana, aku selalu diajarkan oleh kedua orangtuaku untuk menghargai dan menghormati semua orang tampa melihat status sosial orang di sekitar.
Rabu pagi semua murid berkumpul di halaman sekolah, tetapi dibarisan paling belakang terdengar kegaduhan.
“ kenapa sih barisan di belakang tu?” ujar teman-teman yang berbaris di depan.
Terdengar suara Ratu dan Luna yang berdebat, karena Ratu  menghina jam tangan yang dipakai oleh Luna. Saat itu Dinda berada dibarisan paling depan sehingga ia tidak bisa melerai.
“ aduh gimana ini,, aku di depan lagi?” pikir Dinda dalam hati.
Kegaduhan tersebut mengakibatkan murid yang lainnya menjadi tidak bisa mendengarkan pengumuman yang disampaikan oleh kepala sekolah sehingga suasana menjadi ramai. Kepala sekolah segera menegur Ratu dan Luna yang sedang bertengkar supaya bisa memperhatikan pengarahan yang sedang disampaikan. Setelah selesai mendengarkan pengumuman semua siswa masuk kelas masing-masing, kecuali kelas IV (empat) akibat perbuatan Luna dan Ratu.
Ibu Cica segera memanggil Ratu dan Luna ke kantor guru untuk menanyakan perbuatan yang mereka lakukan saat mendengarkan pengumuman.
“Luna dan ratu ikut ibu sebentar!” ucap bu cic.
 “Apa yang membuat kalian bertengkar sehingga membuat keributan pada saat berbaris tadi?” Tanya ibu Cica.
Luna langsung menjawab, “Ratu menghina jam tangan saya bu. Ratu bilang am tangan saya tidak laya dipakai, karena bukan jam tangan mahal dan bermerek terkenal, tidak seperti jam tangan punya Ratu yang dibeli di luar negeri”.
 Kemudian Ratu juga tidak mau disalahkan, dengan nada sombong dia menjawab “benarkan Luna jam kamu memang murahan?...kaliankan miskin tidak mungkin mampu membeli jam baru seperti aku”.
Suasanapun semain ribut karena tidak ada yang mau mengalah, sehingga ibu Cica menghentikan perdebatan mereka dengan memberikan hukuman membersihakan sampah-sampah di sekitar sekolah.
Sementara mereka dihukum ibu Cica memanggil beberapa orang siswa kelas IV (empat) termasuk sahabat Luna Yaitu Dinda, untuk menanyakan sikap Ratu terhadap teman-temannya yang lain.
“Dinda, coba kamu keruangan ibu sebentar! Ada yang mau ibu tanyakan.” Ucap bu cica.
“baik bu......” jawab Dinda sopan.
“sekarang ibu mau bertanya sebenarnya apa yang terjadi antara Luna dan Ratu tadi saat baris?” tanya bu cica.
Kemudian Dinda mulai menceritakan siap Ratu yang suka menghina teman-temannya sehingga ia dijauhi oleh anak-anak yang sering dihina oleh Ratu, tetapi ada beberapa orang teman yang justru mendekati Ratu karena membelikan makanan dan minuman untuk mereka.
Teman yang ikut dipanggil bersama Dinda pun membenarkan yang diceritakan tadi, ibu Cica mempersilahkan teman-teman Dinda untuk keluar dan masuk ke kelas bersama siswa lainnya. Sementara itu Dinda masih tetap berada di kantor menunggu Ratu dan Luna menyelesaikan hukumannya. Tidak lama kemudian Ratu dan Luna masuk lagi ke ruangan ibu Cica untuk menyelesaikan maslah mereka, walaupun sepertinya tida suka melihat Luna.
Beberapa saat Ratu, Luna, Dinda, dan ibu Cica berdiam diri supaya keduannya bisa lebih tenang.
Ibu Cica membuka pembicaraan, “Bagaimana, Ratu dan Luna apakah kalian berdua masih ingin bertengkar?”
Tidak ada yang menjawab. Untuk mencairkan suasana pelan-pelan Dinda merangkul bahu kedua temannya itu, sambil berkata,
“Luna kamu maukan berteman dengan Ratu? “
 Luna memandang Dinda sahabat yang begitu baik walaupun diajuga sering diolok-olok oleh Ratu, tetapi Dinda tida pernah memusuhi Ratu.
Kemudian Dinda bertanya kepada Ratu, “Kamu mau menjadi temanku dan juga Luna?” . Ratu dan Luna tida ada yang mampu menjawab pertanyaan Dinda, mereka hanya bisa tertunduk malu dan menangis menyesali perbuatan yang sudah mereka lakukan sehingga teman sekelasnnya ikut dihukum berdiri di halaman sekolah. Sesaat kemudian Ratu memberanikan diri meminta maaf kepada Luna karena tidak menghargai barang milik luna, sambil menangis.
 Luna pun bersedia memaafkan Ratu dan mau manjadi temannya. Dinda pun senang melihat Ratu dan Luna saling memaafkan. Ibu Cica memberikan nasehat supaya Ratu bisa berbuat baik  dan lebih menghargai teman-temannya yang ada di sekolah. Setelah itu Ratu juga meminta maaf kepada Dinda atas sikapnya selama ini dan berjanjji kepada ibu Cica tidak akan sombong lagi.
 Setelah keadian itu Ratu berubah menjadi anak yang baik dan bersahabat dengan Dinda dan Luna, mereka sering bermain dan belajar bersama. Saat bermain bersama, Ratu berbicara kepada luna dan dinda.
“Lun, Din maafin aku ya selama ini aku salah menilai kalian dan aku suka membuat kalian susah!” ujar Ratu.
“tak apa-apa kok Ratu, kami udah maafin kamu dari dulu, asalkan jangan kamu ulangi lagi ya`” jawab Dinda.
“iya Din aku janji gak akan ulangi lagi perbuatan buruk ku.” Jawab Ratu.
Mereka kahirnya saling berpelukan dengan penuh rasa bahagia. Orang tua ketiga anak itu yang melihat sikap mereka merasa bangga dan senang karena anaknya bisa akur dan bermain bersama. Dari kejadian itu, ketiga sahabat itu dapat mengambil pelajaran bahwa kesabaran akan mengalahkan suatu kejahatan dalam bentuk apapun.


SEKIAN