KATA ADALAH SENJATA
Dalam hidupnya manusia selalu melakukan
interaksi dengan orang lain. Ada dua hal yang sangat umum dilakukan oleh
manusia sebagi bentuk interaksinya yaitu kata dan aksi. Intesionalitas
interaksi tersebut selalu berujung pada upaya membangun relasi harmonis bersama
pihak di luar dirinya. Manusia ingin selalu tampil baik, jujur dan ingin
memberikan apresiasi yang tulus dalam aksi dan kata. Berhadapan dengan adanya
idealisme manusia yang terarah kepada keluhuran dan kebaikan kolektif, manusia
tak bisa menepihkan adanya satu dan lain hal melahirkan situasi yang jauh dari
harapan dan bayangan.
Pada level ini manusia mulai
mengungkapkan rasa tidak puas, tidak menerima kenyataan, dan adanya upaya
memberontak. Hal ini memang sangat
rasional, karena manusia adalah makluk yang peka dan selalu mempunyai reaksi
terhadap sesuatu. Pada titik ini, muncul persoalan: sejauh mana kita dapat
bersikap professional dan dewasa dalam menerima kenyataan? Ungkapan penolakan
terhadap situasi yang ada, merupakan sebuah anggapan sesuatu yang baru tidak
harus seperti itu. Jika itu berhubungan dengan jabatan, maka ungkapan penolakan
merupakan sebuah pemikiran yang menjagokan dirinya. “mengapa harus dia dan
bukan saya” atau “dia sebenarnya tidak cocok dan saya adalah orang yang paling
cocok pada posisi itu” atau kita mulai membangkitkan sebuah asumsi yang keliru
tentang kemampuan orang tertentu. Bisa saja dilihat, dalam kasus tersebut di
atas tidak difungsikan asas “the rigth man on the rigth place”, tidak
menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat. Apakah ini benar…? Ah….ini
kan hanya asumsi pribadi, yang merupakan ungkapan kecewa. Ya…..kan?
Secara logis, ketika kita menyatakan
sesuatu yang lain tidak tepat, tidak cocok dan segala atribut yang menyatakan
kesangsian kita, pada saat yang sama kita mengungkapkan secara implicit kepada
kalayak bahwa yang cocok dan tepat adalah saya. Kata dan reaksi terlalu kaya
untuk mengungpkan luapan perasaan kecewa. Sekian sering apa yang kita katakan
dan buat, diformat sekian rapih dengan motivasi menyentil perasaan orang yang
telah menungguli diri kita.
Seorang penyanyi, Amri Palu, dalam lagu
yang berjudul terlajur basah,
mengawaskan kita dalam berbicara, sebab kata itu lebih kejam dari membunuh.
Dalam berbicara kalimat yang diungkapkan harus mempertimbangkan nilai rasa dan
nilai arti bukan asbun. Ungkapan yang tidak terkontrol yang bisa memicuh reaksi
negative pihak lain bisa amat mengganggu seseorang dalam melaksakan aktivitas
kerjanya. Kata itu hanya enak di telinga akan tetapi menusuk di hati (kata
Tommy Gunawan), karena ungkapan yang menggelikan itu dapat meruntuhkan semangat
dan mematahkan niat serta menciptakan luka di kalbu.
Ungkapan yang melukai perasaan orang lain
merupakan kudeta tingkat dasar. Entah sadar atau tidak hal itu berindikasi pada
keinginan menduduki posisi tersebut. Ini bukan sesuatu yang baru sebab sejak
dahulu manusia selalu berhadapan dengan upaya merebut kekuasaan dan sampai
kapan pun kenyataan ini tak pernah akan berakhir. Mengapa hal serupa ini bisa
terjadi…? Bisa jadi adanya pihak tertentu masih memakai pola lama dalam
memandang sesuatu. Untuk itu harus membaharui pemikiran yang out of date dan
mensinkronkan sesuai perkembangan zaman. Sebab semakin sering kita melakukan
hal yang membuat orang ill feel, semakin jelas dan nyata kita menunjukkan jati
diri sebagai orang yang tidak dewasa. Kita hanya hadir dan ada-tampil perkasa
bermental anak.
Bukan saatnya kita mempersoalkan sesuatu
yang sebenarnya tidak perlu dipersoalkan. Satu pertanyaan krusial yang harus
dijadikan dasar pencarian tentang masalah di atas adalah “apa yang terjadi pada
saya, sehingga saya tidak di situ?. Jika kita secara fair melihat diri di sana
kita siap menerima kenyataan yang ada. Tidak perlu mengkambing hitamkan orang
lain. Tetapi bawalah ke meja hijau diri kita sendiri dan adililah sendiri
tentang diri kita. Puncak dari semua ini adalah berdamai dengan kenyataan yang
ada dan we can accept anithyng.
We
are one
We
have make unity in our daily life
I believe…..
We
can get anything
If we want to try out anything.
Who are trying anything
The
someone is a win
Do
you agree…..?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar